Bandung, Keterbatasan sarana dan prasarana kerap menjadi rintangan bagi sekolah menengah kejuruan (SMK) di pelosok untuk menggelar uji kompetensi berbasis komputer. Pasalnya, selain diperlukan infrastuktur yang luas, juga diperlukan fasilitas lainnya yang tentunya menyedot biaya yang tinggi.
Menjawab kebutuhan SMK seperti itu, Peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) membuat alat uji kompetensi berbasis komputer yang lebih ringkas.
![]() Foto: Istimewa
|
Alat itu dinamakan Integrated Communication Mobile Laboratorium Simulator (ICMLS), atau laboratorium mini yang ukurannya lebih besar sedikit dari tas koper dan bisa dipindah-pindah.
Prof Deni Darmawan, tim peneliti HAKI LPPM UPI mengatakan alat ini bisa memfasilitasi 19 uji kompetensi yang diperlukan siswa SMK. Mulai dari keterampilan merakit, simulasi pemeliharan sampai uji jaringan dalam satu alat.
"Namanya juga mobile, bisa dibawa-bawa, enggak perlu ruangan luas sampai 4x12 meter, saya sebagai guru merasakan betul bahwa sarana pembelajaran di SMK ini minim di daerah-daerah," kata Deni kepada detikcom.
"Biasanya mereka nebeng di industri bila ingin uji kompetensi, harus menunggu jadwal praktikum di industri, antre dan masa belajar bisa habis, kami jawab keluhan itu melalui riset, kami coba kemas dalam suatu produk ini," tambah dosen Teknologi Informasi dan Komunikasi UPI itu.
![]() Prof. Hawkins Ivan (kiri) Prof. Deni Darmawan (tengah) dan Prof. Nakayama (kanan) Foto: Istimewa
|
Bila dibandingkan dengan harga membuat gedung dan instalasi komputer yang menghabiskan dana tak sedikit, alat ini, ujar Deni, hanya berkisar di angka belasan juta Rupiah.
Dari pantauan detikcom, ICMLS 1.0 terbagi menjadi dua bagian. Satu layar dan komponen peranti keras untuk uji kompetensi siswa, sementara guru bisa mengamati dari tampilan antar muka yang dipasang berhadapan. Hasil dari uji kompetensi pun bisa dilangsung diketahui oleh guru maupun murid secara real time.
"Sehingga uji kompetensi bisa dilakukan secara personal dan cepat, uji kompetensi tidak hanya di kelas, tapi juga di dalam kelas dan ruangan yang sempit sekalipun. Sifatnya tidak seremonial dan kaku, dan terjangkau untuk semua sekolah," ujarnya.
Dari purwarupa yang ditunjukkan, kata Deni, ia hanya menggunakan komponen yang berasal dari barang bekas. Seperti antena dari mobil, gerigi dari alat pemutar telur dan mainan anak.
"PT INTI pun tertarik dengan alat ini, tapi tentu saja saat kami tunjukkan, bahan-bahannya juga diganti dengan yang layak industri, kami juga sudah kenalkan alat ini ke dinas pendidikan provinsi dan Kemendikbud," ucapnya.
Hasil riset ini, kata Deni, telah di hak patenkan dan jurnal ilmiahnya pun telah terpublikasi di Scopus. Pihaknya pun telah melakukan validasi alat ini di Tsuru University, Tokyo, Jepang. Proses pengembangannya pun memakan waktu satu tahun.
"Sekarang kami juga tengah mengembangkan ICMLS 2.0 yang bentuknya lebih ringan, memiliki fitur finger scanner dan interface bagi siswa dan gurunya juga berdampingan, tak berhadap-hadapan," ucapnya.
(Sumber: https://inet.detik.com/science/d-4910020/icmls-alat-uji-kompetensi-siswa-smk-bikinan-peneliti-upi)